Tampilkan postingan dengan label Ayam Broiler. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ayam Broiler. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Agustus 2014

Musim Hujan, Peternak Ayam Potong Harap-harap Cemas

Dengan datangnya musim hujan sekarang ini, peternak ayam potong (ras) mengaku dalam posisi yang sangat dilematis. Pasalnya, di satu sisi, musim hujan sangat bagus bagi peternak ayam yang akan segera melangsungkan panen. Tetapi, di sisi lain, yaitu pada bibit ayam, hal itu malah bisa menjadi petaka bagi mereka.
Peternak ayam potong Bajenis, Tebingtinggi, Ayub, menjelaskan, bagi indukan ayam potong yang siap panen, musim hujan dapat merangsang rasa laparnya. Sehingga dapat meningkatkan bobot berat badannya.
"Jadi ketika dijual, harganya akan lebih tinggi. Dikarenakan berat badannya meningkat," ungkapnya.

Namun, lanjut dia, bagi bibit ayam, dengan musim penghujan ini justru sangat rentan terserang penyakit, khususnya flu. Sehingga jika terserang, dapat memperlambat pertumbuhannya, serta rentan mengalami risiko kematian.

"Jadi memang dilema. Bagi peternak yang baru memasukkan bibit ke kandangnya akan harap-harap cemas. Namun, bagi yang akan panen sangat bersyukur karena ayam memiliki tubuh yang lebih gemuk saat dipanen," jelasnya.

Ayub sendiri mengaku termasuk peternak yang bersyukur dengan datangnya musim penghujan ini. Sebab ayam ternaknya sudah dalam kondisi besar dan siap panen.
Tetapi setelah panen, ke depan ia sangat khawatir.

Sebab disaat itu, tiba masa baginya untuk memasukkan bibit ke dalam kandang. "Mudah-mudahan musim penghujan tidak berlangsung dengan lama," imbuhnya.

Begitupun, Ayub  mengatakan hal itu sebenarnya dapat diakali. Namun akan meningkatkan cost produksi. Yaitu dengan cara membuat penghangat untuk kandang.
Disamping itu, pemberian herbal pun merupakan kewajiban baginya agar menambah rasa hangat pada tubuh ayam saat suhu dingin di musim penghujan ini, ujarnya.
Agar tidak menambah kesibukannya dalam proses pembuatan herbal dan khawatir akan efektifitasnya beliau mempercayakan ProHerbal Plus MB yang banyak dijual di toko pakan ternak di daerahnya, katanya. 

Kamis, 14 November 2013

Penggunaan Ampas Kelapa (Cocos nucifera L) Fermentasi Sebagai Pakan Ayam Broiler (Pedaging) Terhadap Berat Badan

Oleh : Novita
Abstrak
Pengolahan minyak kelapa murni menghasilkan produk samping berupa ampas kelapa. Ampas kelapa yang dihasilkan masih memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi terutama protein. Hal ini menyebabkan ampas kelapa berpotensi untuk diolah menjadi pakan. Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk mengolah ampas kelapa menjadi pakan adalah dengan fermentasi. Proses fermentasi dilakukan dengan menggunakan spora Aspergillus niger. Proses fermentasi dilakukan secara bertahap, yaitu dengan fermentasi aerob kemudian dilanjutkan dengan fermentasi anaerob (proses enzimatis). Hasil analisis Ampas kelapa murni memiliki kadar protein kasar masih relative tinggi yaitu sebesar 11,35% dengan kadar lemak kasar 23,36%. Penggunaan ampas kelapa yang di Fermentasi sampai 12 % sangat nyata efisien dibanding dengan menggunakan ampas kelapa, hal ini menunjukan dengan kemampuan ternak ayam mengkonsumsi 1 kg ransum dapat membentuk rata-rata 0,59 kg bobot hidup sedang menggunakan ampas kelapa hanya mampu membentuk bobot hidup rata-rata 0,45 kg. Galaktomannan mampu menurunkan serum total kolesterol dan Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol 10 – 15%. Sedangkan kadar high density lipoprotein (HDL) dan trigliserida tidak berubah. Menurut Purawisastra (2001) menyatakan bahwa ampas kelapa mengandung serat galaktomanan sebesar 61 % yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah.

PEMESANAN/PENJUAL :
AMPAS / BUNGKIL KELAPA (Cocos nucifera) 
di Medan Sumatera Utara

Pendahuluan
Pakan merupakan komponen terpenting didalam industri peternakan. Produksi peternakan dunia meningkat seiring dengan peningkatan di dalam permintaan hasil-hasil ternak (daging, telur, susu). Produksi dan konsumsi daging dunia, diperkirakan akan meningkat dari 233 juta ton pada tahun 2000 menjadi 300 juta ton pada tahun 2020, permintaan susu 568 menjadi 700 juta ton, demikian juga dengan telur, akan meningkat sampai 30% (FAO, 2002). Khusus di daerah Asia, dengan terkonsentrasinya populasi dunia di benua ini maka kebutuhan produk peternakan akan sangat tinggi dan hal ini akan berkaitan dengan kebutuhan pakan untuk meningkatkan produk peternakan.
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) termasuk jenis tanaman yang memiliki multi fungsi, hal ini karena hampir semua bagian dari tanaman tersebut dapat dimanfaatkan, dan banyak dijumpai di Indonesia yang merupakan penghasil kopra terbesar kedua di dunia, sesudah Phillipina. Usaha budidaya tanaman kelapa melalui perkebunan terutama dilakukan untuk memproduksi minyak kelapa yang berasal dari daging buahnya dengan hasil samping berupa ampas kelapa. Kelapa merupakan salah satu tanaman yang sangat luas penggunaanya, selain untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, seperti santan, gula dan air kelapa segar, kelapa juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri. Salah satu contohnya adalah minyak kelapa yang digunakan sebagai bahan industri sabun, obat-obatan, mentega dan lain sebagainya.
Hampir semua bagian dari tanaman kelapa dapat dimanfaatkan. Efisiensi ransum adalah kemampuan ransum yang dikonsumsi dalam satuan waktu tertentu untuk menghasilkan bobot badan seekor ternak dalam waktu yang sama. Dalam menyusun ransum perlu memperhatikan kualitas dari bahan pakan yang digunakan, murah harganya dan terjamin kontinitas pengadaannya. Walaupun ransum harganya murah tetapi tidak dibarengi dengan kualitas ransum yang memadai maka bobot badan yang di hasilkan tidak dicapai.
Saat ini banyak sekali industri-industri pengolahan minyak kelapa seperti VCO (Virgin Coconut Oil) yang terbuat dari daging kelapa segar yang diolah pada suhu rendah atau tanpa pemanasan. Kegiatan industri ini menghasilkan limbah padat, salah satunya adalah ampas kelapa. Ampas kelapa (Cocos mucifera L) dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Selain dapat digunakan sebagai pakan ternak ampas kelapa juga dapat digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi galaktomannan.
Ampas kelapa hasil samping pembuatan minyak kelapa murni masih memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan ampas kelapa berpotensi untuk dimanfaatkan dan diolah menjadi pakan. Menurut Derrick (2005), protein kasar yang terkandung pada ampas kelapa mencapai 23%, dan kandungan seratnya yang mudah dicerna merupakan suatu keuntungan tersendiri untuk menjadikan sumber energi yang baik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti sebagai bahan pakan pedet (calf), terutama untuk menstimulasi rumen dan pakan asal ampas kelapa juga terbukti ternak dapat menghasilkan susu yang lebih kental dan rasa yang enak (Anonim, 2003).
Fermentasi merupakan salah satu cara untuk mengolah ampas kelapa menjadi bahan pakan. Pada proses fermentasi terjadi reaksi dimana senyawa komplek diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan molekul air. Fermentasi dengan menggunakan kapang memungkinkan terjadinya perombakan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna, sehingga diharapkan dapat meningkatkan nutrisinya (Supriyati et al., 1999).
Komposisi  Buah atau Ampas Kelapa
Buah kelapa yang sudah tua mengandung kalori yang tinggi, sebesar 359 kal per 100 gram; daging kelapa setengah tua mengandung kalori 180 kal per 100 gram dan daging kelapa muda mengandung kalori sebesar 68 kal per 100 gram. Sedang nilai kalori rata-rata yang terdapat pada air kelapa berkisar 17 kalori per 100 gram. Air kelapa hijau, dibandingkan dengan jenis kelapa lain banyak mengandung tanin atau antidotum (anti racun) yang paling tinggi. Kandungan zat kimia lain yang menonjol yaitu berupa enzim yang mampu mengurai sifat racun. Komposisi kandungan zat kimia yang terdapat pada air kelapa antara lain asam askorbat atau vitamin C, protein, lemak, hidrat arang, kalsium atau potassium. Mineral yang terkandung pada air kelapa ialah zat besi, fosfor dan gula yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sukrosa. Kadar air yang terdapat pada buah kelapa sejumlah 95,5 gram dari setiap 100 gram.
Ampas kelapa merupakan limbah industri atau limbah rumah tangga yang sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ayam pedaging, karena ampas kelapa masih mudah didapatkan dari sisa pembuatan minyak kelapa tradisional dan limbah pembuatan virgin coconut oil (VCO). Menurut Purawisastra (2001) menyatakan bahwa ampas kelapa mengandung serat galaktomanan sebesar 61 % yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah.
Galaktomanan adalah polisakarida yang terdiri dari rantai mannose dan galaktosa, senyawa ini bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung serat dan polisakarida, juga berperan memicu pertumbuhan bakteri usus yang membantu pencernaan (Wiguna, 2007). Selanjutnya dinyatakan berdasarkan hasil kutipan Duodecim Medical Publication, Finlandia, Galaktomanan efektif menangkap lemak dan mengubahnya menjadi gumpalan gumpalan kemudian dibuang bersama feces. Peningkatkan kualitas zat makanan dan daya cerna pada ampas kelapa maka dilakukan proses fermentasi. Menurut Buckle dkk (1985) bahwa fermentasi merupakan hasil proses metabolisme an aerobic dari beberapa jenis mikroorganisme seperti jenis bakteri, kapang dan khamir Proses fermentasi akan terjadi perubahan kualitas bahan makanan menjadi lebih baik dari bahan asalnya baik dari aspek gizi, daya cerna serta meningkatnya daya simpan. Dalam melakukan proses fermentasi aktifitas mikroorganisme dipengaruhi oleh pH, suhu, komposisi zat makanan dan adanya zat inhibitor (Raudati dkk, 2001).
Pembuatan ampas kelapa menjadi pakan.
Aspergillus niger adalah kapang anggota genus Aspergillus, famili Eurotiaceae, ordo Eutiales, sub-klas Plectomycetetidae, kelas Ascomycetes, sub-divisi Ascomycotina dan divisi Amastigmycota (Hardjono, 1989).  Aspergillus niger mempunyai kepala pembawa konidi yang besar, dipak secara padat, bulat dan berwarna hitam coklat atau ungu coklat. Kapang ini mempunyai bagian yang khas yaitu hifanya berseptat, spora yang bersifat aseksual dan tumbuh memasang di atas stigma, mempunyai sifat aerobik, sehingga dalam pertumbuhannya mememrlukan oksigen dalam jumlah yang cukup. Aspergillus niger termasuk mikroba mesofilik dengan pertumbuhan maksimum pada suhu 35 °C - 37 °c. Derajat keasaman untuk pertumbuhan mikroba ini adalah 2 - 8,8 tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi asam atau pH yang rendah.
Ampas kelapa ditambah air, diaduk dan dikukus. Setelah didinginkan hingga mencapai suhu ± 70°C diaduk bersama campuran mineral, ditambahkan spora Aspergillus niger dan diaduk kembali sampai merata. Adonan kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan difermentasi secara aerob dan anaerob. Ampas hasil fermentasi kemudian dikeringkan dan dikemas dalam wadah plastik.
Karakteristik kimia ampas kelapa segar
Hasil analisis proksimat ampas kelapa seperti disajikan pada Tabel 1. Dari hasil analisis diketahui bahwa ampas kelapa sebagai produk samping pengolahan minyak kelapa murni memiliki kadar protein kasar masih relative tinggi yaitu sebesar 11,35% dengan kadar lemak kasar 23,36%. Protein merupakan salah satu komponen yang terpenting pada pakan sehingga tingginya kadar protein pada ampas kelapa merupakan suatu keuntungan untuk diolah menjadi pakan. Namun demikian, lemak yang cukup tinggi merupakan kendala pada pengolahan ampas kelapa yang akan diolah menjadi pakan karena akan mempengaruhi kualitas pakan yang dihasilkan terutama dalam mempengaruhi umur simpan dan daya cerna pakan.
Tabel 1. Hasil analisis proksimat terhadap ampas kelapa segar
Komposisi                                                       Kadar (%)
Kadar air                                                         11,31
Protein kasar                                                   11,35
Lemak kasar                                                    23,36
Serat makanan                                                 5,72
Serat kasar                                                       14,97
Kadar abu                                                      3,04
Kecernaan bahan kering in vitro                     78,99
Kecernaan bahan organik in vitro                   98
Karakteristik fisik dan kimia ampas kelapa setelah difermentasi
Komposisi kimia ampas kelapa setelah difermentasi seperti disajikan pada Tabel 2. Fermentasi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam mengolah ampas kelapa menjadi pakan dengan menggunakan spora Aspergillus niger. Proses fermentasi dilakukan dalam 2 tahapan, yaitu fermentasi aerob dan fermentasi an aerob (proses enzimatis), sebelumnya telah dilakukan pada bungkil kelapa (Purwadaria et al., 1995; Helmi et al. 1999).
Pertumbuhan Aspergillus niger pada proses fermentasi ditandai dengan adanya miselium. Secara visual pertumbuhan miselium dapat dilihat dengan timbulnya serabut-serabut menyerupai benang halus dan memadatnya ampas. Perlakuan fermentasi menghasilkan struktur, warna, bau, dan juga komposisi kimia yang berbeda dari ampas kelapa yang belum difermentasi, terutama dalam meningkatkan kadar protein dan menurunkan lemak. Fermentasi juga menyebabkan kehilangan berat kering pada ampas, yaitu sebesar 16,67% pada ampas yang telah difermentasi secara aerob dan 5% setelah proses enzimatis. Analisis yang dilakukan terhadap kehilangan bahan kering menunjukkan terjadinya kehilangan bobot air selama proses fermentasi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan senyawa komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana selama proses fermentasi, dimana pada saat itu juga terjadi pelepasan molekul air. Secara visual pelepasan molekul air dapat terlihat dengan adanya air pada plastik yang digunakan sebagai wadah/tempat ampas difermentasi.
Tabel 2. Hasil analisis kandungan kimia ampas kelapa hasil fermentasi
Komposisi                                                       Kadar
Kadar air (%)                                                  8,32
Protein (%)                                                      26,09
Asam amino (%)                                            
asam aspartat                                                   0,16
asam glutamat                                                 1,268
serin                                                                 0,216
glisin                                                                0,132
histidin                                                            0,213
arginin                                                             0,681
threonin                                                           0,229
alanin                                                               0,214
prolin                                                              0,303
tirosin                                                              0,277
valin                                                                0,300
methionin                                                        1,224
sistin                                                                0,164
isoleusin                                                          0,249
leusin                                                               0,825
phenilalanin                                                     0,324
lisin                                                                  0,315
Lemak (%)                                                      20,70
Aflatoksin (ppb)
B1                                                                   < 4
B2                                                                   < 3
G1                                                                   < 4
G2                                                                   < 3
Kecernaan Bahan Kering in vitro (%)             95,1
Kecernaan bahan organic in vitro (%)             98,82
Fermentasi ampas kelapa juga mampu meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik, dimana komponen ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pakan tersebut dapat dipergunakan dan dicerna oleh ternak. Hasil analisa menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO) secara in vitro ampas kelapa sebelum dan setelah difermentasi cukup tinggi (Tabel 1 dan 2). Peningkatan kecernaan bahan kering ampas setelah difermentasi menunjukkan adanya proses pemecahan bahan yang tidak dapat dicerna. Penggunaan suhu ruang pada proses enzimatis juga mendukung diperolehnya nilai kecernaan yang tinggi (Supriyati et al., 1999). Purwadaria et al. (1995) menerangkan bahwa pada proses enzimatis bungkil kelapa ternyata suhu kamar lebih efektif dibandingkan dengan suhu 50°C.
Menurut Sudarmadji et al. (1989) efektifitas proses enzimatis juga dipengaruhi oleh suhu optimum berkembangnya Aspergillus niger yaitu 35 – 37°C. Aflatoksin merupakan toksin yang dihasilkan oleh jenis kapang Aspergillus terutama Aspergillus flavus dan memiliki daya racun yang cukup tinggi. Kandungan aflatoksin pada pakan dapat dijadikan indikator aman tidaknya pakan tersebut untuk diberikan kepada ternak. Hasil analisis terhadap aflatoksin produk hasil fermentasi ampas kelapa yang dilakukan pada penelitian ini mempunyai kandungan aflatoksin yang relative aman untuk ternak, dimana ambang batas yang diijinkan untuk pakan ternak yaitu pakan dengan kandungan Aflatoksin < 20 ppb.
Analisis pertambahan berat badan dan penurunan kolesterol darah
Penggunaan ampas kelapa Fermentasi sampai 12 % sangat nyata efisien dibanding dengan menggunakan ampas kelapa, hal ini menunjukan dengan kemampuan ternak ayam mengkonsumsi 1 kg ransum dapat membentuk rata-rata 0,59 kg bobot hidup sedang menggunakan ampas kelapa hanya mampu membentuk bobot hidup rata-rata 0,45 kg. Fermentasi ampas kelapa dapat meningkatkan kualitas bahan makanan dan mudah dicerna oleh ayam pedaging.
Hal ini memperkuat pendapat Winarno, dkk (1980) menyatakan bahwa fermentasi pada dasarnya memperbanyak miroorganisme dan meningkatkan kualitas zat-zat makanan serta menambah aroma. Selain itu melalui proses fermentasi bahan makanan akan mengalami perubahan fisik dan kimia yang menguntungkan seperti Flavor, tekstur, daya cerna dan daya tahan simpan (Rachman, 1989). Menurut Purawisastra (2001) menyatakan bahwa ampas kelapa mengandung serat galaktomanan sebesar 61 % yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah.
Balasubramanian (1976) melaporkan bahwa analisis ampas kelapa kering (bebas lemak) mengandung 93%  karbohidrat yang terdiri atas: 61% galaktomanan, 26% manosa dan 13% selulosa. Galaktomannan dapat memicu pertumbuhan bakteri usus yang membantu pencernaan dan berperan sebagai serat makanan. Seperti dikutip Duodecim Medical Publication, Finlandia, galaktomannan direkomendasikan sebagai salah satu obat untuk mengatasi hiperlipidemia atau lebih dikenal dengan kadar lemak darah tinggi. Galaktomannan efektif menangkap lemak dan mengubahnya menjadi gumpalan-gumpalan dan keluar bersama feses. Galaktomannan mampu menurunkan serum total kolesterol dan Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol 10 – 15%. Sedangkan kadar high density lipoprotein (HDL) dan trigliserida tidak berubah.
Kesimpulan
Penggunan ampas kelapa fermentasi 12 % dalam ransum sangat nyata lebih baik dibanding dengan penggunaan ampas kelapa tanpa difermentasi. hal ini menunjukan dengan kemampuan ternak ayam mengkonsumsi 1 kg ransum dapat membentuk rata-rata 0,59 kg bobot hidup sedang menggunakan ampas kelapa hanya mampu membentuk bobot hidup rata-rata 0,45 kg.
Proses fermentasi dapat menurunkan kadar lemak ampas kelapa sebesar 11,39%. Ampas kelapa murni memiliki kadar protein kasar masih relative tinggi yaitu sebesar 11,35% dengan kadar lemak kasar 23,36%. Ampas kelapa mengandung serat galaktomanan sebesar 61 % yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Galaktomannan mampu menurunkan serum total kolesterol dan Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol 10 – 15%. Sedangkan kadar high density lipoprotein (HDL) dan trigliserida tidak berubah.


Kamis, 28 Juni 2012

Menghadapi Dilema Defisiensi Nutrisi pada Ayam Potong (Broiler)

DAPATKAN PRODUK OBAT-OBATAN AYAM BROILER DISINI


Unggas, terutama ayam memerlukan asupan nutrisi yang tepat dan seimbang, baik dalam kuantitas maupun kualitas. Ransum dengan kandungan nutrisi sesuai kebutuhan menjadi faktor penting yang menentukan produktivitas ayam (pertumbuhan maupun produksi telur). Stamina dan kondisi kesehatan ayam pun akan optimal jika ayam memperoleh asupan nutrisi yang sesuai.
Secara umum, nutrisi yang diperlukan oleh ayam dibagi menjadi 2, yaitu nutrisi makro (karbohidrat, protein, lemak, serat) dan nutrisi mikro (mineral, vitamin maupun asam amino). Kebutuhan kedua nutrisi ini hendaknya dapat terpenuhi dari ransum yang kita berikan. Namun pada kenyataannya, seringkali kebutuhan nutrisi mikro terabaikan. Hal ini bisa saja disebabkan ketidaktahuan kita, karena kadarnya yang relatif kecil dan sulit untuk dideteksi. Atau karena proses penanganan dan penyimpanan ransum yang tidak sesuai sehingga dapat menyebabkan penurunanan kadar nutrisi mikro ini, terlebih lagi vitamin relatif tidak stabil (mudah terpengaruh oleh suhu, cahaya maupun oksigen).
Kondisi tersebut tentu saja akan memunculkan gab (celah) antara kebutuhan dengan nutrisi yang diberikan. Akibatnya ayam akan megalami gangguan produktivitas. Kondisi ini seringkali disebut dengan istilah defisiensi nutrisi. Secara umum kejadian defisiensi nutrisi ini bisa disebabkan jumlah nutrisi di dalam ransum kurang sehingga meskipun jumlah feed intake (konsumsi) ayam sudah sesuai, namun kebutuhan nutrisinya tetap belum terpenuhi atau sebaliknya, jumlah ransum yang dikonsumsi tidak sesuai (kurang), sehingga asupan nutrisi yang masuk juga tetap kekurangan.

Gejala Defisiensi Nutrisi
Secara garis besar, kasus defisiensi nutrisi terlihat dari beberapa gejala seperti pertumbuhan yang tidak optimal, ayam mudah terserang bibit penyakit, penurunan produksi telur atau penurunan daya tetas telur. Hanya melihat gejala, tidak akan spesifik (sulit dibedakan) seperti halnya infeksi penyakit. Meskipun demikian, jika pengamatan kita jeli dan komprehensif, tidak menutup kemungkinan akan ditemukan gejala khas adanya defisiensi nutrisi ini. Misalnya saja jika ditemukan broiler atau layer yang suka mematuk temannya sendiri (kanibalisme) dan lumpuh, maka bisa diindikasikan bahwa ayam kekurangan mineral.

•   Kanibalisme
Saat mengalami defisiensi mineral (Na, Cl), vitamin maupun asam amino, ayam biasanya akan menunjukkan perilaku mematuk bulu dan kepala. Sifat tersebut disebut dengan kanibalisme. Kanibalisme yang sudah parah ditandai dengan ditemukannya salah satu ayam yang berdarah karena dipatuk oleh ayam lain. Jika dibiarkan secara terus-menerus bisa menyebabkan kematian. Selain akibat defisiensi nutrisi, kanibalisme inipun bisa disebabkan karena stres akibat perubahan ransum, stres panas (heat stress), kekurangan pencahayaan dll. Kasus kanibalisme lebih sering muncul pada layer dibandingkan broiler.

•   Kelumpuhan, pincang dan kelainan bentuk kaki
Defisiensi nutrisi menjadi salah satu penyebab terhambatnya perkembangan kaki atau kaki menjadi abnormal. Defisiensi vitamin dan mineral, seperti vitamin E, vitamin B kompleks, mangan, zinc dan selenium bisa menyebabkan kaki seperti terpuntir/terbelit. Defisiensi protein atau asam amino juga dapat memicu timbulnya kelainan ini. Meskipun demikian, selain akibat defisiensi nutrisi, penyakit infeksius seperti CRD juga bisa menimbulkan kejadian seperti ini.

Defisiensi Makro dan Mikro Nutrisi
Kasus defisiensi nutrisi umumnya lebih beresiko terjadi pada layer dibandingkan pada broiler karena masa pemeliharaan layer yang lebih panjang dan sifat dari layer itu sendiri yang sangat peka terhadap kualitas serta kuantitas ransumnya. Nutrisi makro dan mikro yang umumnya terjadi defisiensi antara lain protein (asam amino), vitamin (A, B6, B12, D dan E) dan mineral (terutama trace mineral atau mikro mineral) (National Research Council, 1994).

•   Defisiensi Protein dan Asam Amino
Dalam usaha peternakan komersial, pemenuhan kebutuhan akan protein mengambil biaya terbesar dari total biaya ransum. Karena alasan inilah, pembatasan protein dalam ransum secara sembarangan akan berakibat sangat fatal. Kebutuhan protein harus mewakili kebutuhan semua asam amino esensial yang juga dibutuhkan oleh ayam. Beberapa bahan baku ransum memiliki satu atau dua kandungan asam amino yang rendah. Contohnya jagung dan dedak yang masih rendah kandungan lysine-nya atau bungkil kedelai yang rendah asam amino methionine. Jika kandungan protein dalam ransum tidak memenuhi kebutuhan protein ayam, maka pertumbuhan ayam akan lambat. Gejala defisiensi asam amino juga tidak terlihat spesifik, gejalanya hanya terlihat dari pertumbuhan lambat, konsumsi menurun atau penurunan produksi telur dan ukuran telur.
Untuk mengefisienkan biaya, defisiensi asam amino ini dapat diatasi dengan penggunaan suplemen yang mengandung asam amino (Top Mix). Namun kandungan protein ransum yang melebihi kebutuhan akan dirombak menghasilkan nitrogen sebagai cikal bakal diproduksinya asam urat untuk pembentukan amoniak.

•    Defisiensi Mineral
Mineral yang seringkali defisiensi pada ayam antara lain mineral kalsium (Ca), fosfor (P), mangan (Mn) dan zat besi (Fe) (www.merckvetmanual.com). Defisiensi mineral pada ayam dapat menimbulkan efek seperti pertumbuhan lambat, konsumsi ransum menurun, osteoporosis, sikap dan cara berjalan yang abnormal, kerabang telur tipis dan lembek, produksi telur menurun, pertumbuhan bulu kasar dll.
  • Kalsium (Ca) dan Fosfor (P)
Ayam menampakkan gejala kekurangan kalsium
(Sumber : www.poultrymed.com)
Defisiensi baik kalsium maupun fosfor pada ayam periode starter dan grower menyebabkan pertumbuhan tulang abnormal meskipun ransum mengandung vitamin D yang cukup. Fosfor selain berfungsi dalam pembentukan kerangka tubuh (tulang), juga berfungsi menjaga keseimbangan asam basa, pertumbuhan dan katalis untuk reaksi biologis dalam proses metabolisme (Leeson dan Summer, 2001). Untuk ayam petelur, penggunaan grit (grit batu, tulang dan kerang) bagus untuk mensuplai kalsium dan fosfor.

  • Mangan (Mn)
Ayam mengalami perosis akibat defisiensi mineral mangan (Mn)
(Sumber : www.poultrymed.com)
Defisiensi mangan bisa terjadi pada anak ayam dan merupakan faktor penyebab penyakit seperti perosis (bone deformities), kerabang telur tipis dan daya tetas telur rendah.

  • Zat Besi (Fe)
Ayam mengalami anemia tampak pucat pada paruh dan jengger
(Sumber : www.thepoultrysite.com)
Zat besi dibutuhkan unggas untuk pembentukan hemoglobin (sel darah merah). Defisiensi Fe pada ayam akan menimbulkan anemia, otot agak pucat dan gangguan pigmentasi bulu. Fe merupakan komponen yang esensial dari darah, yang merupakan inti dari hemoglobin. Disamping itu, Fe juga merupakan salah satu komponen beberapa enzim, seperti enzim katalase, peroksidase, fenilalanin hidroksilase, tirosinase, dan prolin hidroksilase

    Defisiensi Vitamin
Sebanyak 13 macam vitamin yang dibutuhkan oleh ayam dikelompokkan dalam vitamin larut lemak dan vitamin larut air. Vitamin larut lemak terdiri dari vitamin A, D, E dan K, sedangkan vitamin larut air meliputi thiamin (B1), riboflavin (B2), nicotiniamide (B3), asam pantotenat (B5), piridoksin (B6), biotin (B7), asam folat (B9), sianokobalamin (B12) dan choline. Semua vitamin tersebut sangat penting bagi ayam dan harus tercukupi kebutuhannya agar ayam bisa tumbuh dan berproduksi. Sebutir telur yang normal mengandung ketersediaan vitamin yang cukup dan hal inilah yang menjadi alasan bahwa telur sangat baik sebagai sumber vitamin bagi pangan manusia.

  • Vitamin A
Vitamin A berperan dalam memelihara fungsi lapisan saluran pencernaan, pernapasan dan saluran reproduksi serta menjaga perkembangan tulang secara normal. Defisiensi vitamin A dapat menurunkan respon kekebalan antibodi terhadap tantangan bibit penyakit. Vitamin A tergolong sebagai vitamin yang tidak stabil. Ransum yang disimpan dalam waktu yang lama atau dalam kondisi yang tidak baik, kemungkinan akan kehilangan vitamin A. Pada anak ayam, defisiensi vitamin A menyebabkan pertumbuhan lambat, diikuti dengan ataxia (kehilangan keseimbangan), ruffled feathers (bulu berdiri) dan peradangan di daerah sekitar mata.

  • Vitamin B Kompleks
Vitamin B kompleks terlibat dalam banyak proses metabolisme energi dan metabolisme nutrisi penting lainnya. Semua vitamin B larut dalam air dan tidak disimpan dalam jaringan tubuh. Gejala defisiensi vitamin ini tergantung dari jenis vitamin B apa yang mengalami defisiensi. Namun secara umum, gejala defisiensi vitamin B ditandai dengan penurunan nafsu makan, ayam terlihat lesu dan lemah, dermatitis (radang kulit) dan pertumbuhan serta kondisi bulu tidak normal. Bahan pakan sumber vitamin B diantaranya kacang-kacangan dan biji-bijian.

  • Vitamin B1 (thiamin)
Thiamin dibutuhkan oleh unggas untuk metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 ini mengakibatkan polyneuritis yang menimbulkan kelumpuhan dan berakhir dengan kematian ayam. Defisiensi vitamin tersebut dapat saja terjadi pada bahan baku ransum yang berjamur dan berbau apek (karena terjadi oksidasi kandungan lemak/minyak). Vitamin B1 mudah terurai pada suhu tinggi dan pada keadaan alkalis. Sehingga makanan ayam yang mengandung garam-garam alkalis akan cepat kehilangan vitamin B1 nya. Sumber dari vitamin B1 dapat diperoleh dari kacang-kacangan, dedak dan bungkil kacang tanah.
Gejala yang terlihat akibat kekurangan vitamin ini antara lain anoreksia (kehilangan nafsu makan), diikuti oleh penurunan berat badan, bulu berdiri, kaki lemah dan langkah kaki tidak teratur. Ayam dewasa kerapkali menunjukkan jengger yang berwarna biru. Jika defisiensi berlangsung lebih lanjut, maka akan terlihat adanya paralisis pada otot yang diawali dengan menekuknya jari, kemudian diikuti oleh paralisis otot ekstensor pada kaki, sayap. dan leher. Ayam akan segera kehilangan kemampuan untuk berdiri atau hanya duduk tegak dan jatuh ke lantai dan terbaring dengan kepala yang meregang. Ayam yang menderita defisiensi vitamin B1 dapat mengalami penurunan temperatur tubuh sampai 35,6° C.

  • Vitamin B2
Ayam mengalami curly-toe paralysis akibat defisiensi vitamin B2
(Sumber : www.thepoultrysite.com)
Gejala defisiensi vitamin B2 diantaranya terjadi curly-toe paralysis, pertumbuhan lambat dan penurunan jumlah produksi telur.

  • Vitamin B3 (nicotinamide)
Banyak bahan pakan ayam rendah akan kandungan vitamin ini. Defisiensi vitamin B3 ini bisa menyebabkan pertumbuhan terhambat, tulang bengkok, pertumbuhan bulu tidak teratur, peradangan pada lidah (mulut) dan lubang hidung.

  • Vitamin B5 (asam pantotenat)
Asam pantotenat adalah komponen koenzim yang ada hubungannya dengan reaksi metabolik karbohidrat, protein, lemak. Gejala defisiensi asam pantotenat ditandai oleh lambatnya pertumbuhan bulu, ayam sangat kurus dan pada sudut paruh terbentuk keropeng dan kerak. Pada ayam petelur, defisiensi asam pantotenat menghasilkan telur dengan daya tetas rendah karena kadar vitamin ini dalam telur sangat rendah dan kematian embrio banyak terjadi pada akhir masa inkubasi.

  • Vitamin B6 (piridoksin)
Vitamin B6 berperan sebagai koenzim metabolisme asam amino dan dibutuhkan dalam kerja sistem syaraf. Defisiensi vitamin B6 bisa menimbulkan kelainan sistem syaraf bahkan sampai kematian.

  • Vitamin B12 (sianokobalamin)
Defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan ayam mengalami anemia, pertumbuhan lambat dan kematian embrio telur.

  • Folic Acid (asam folat)
Asam folat merupakan senyawa anti anemia. Defisiensi asam folat bisa menyebabkan pertumbuhan lambat, anemia, bulu terlihat kusam dan penurunan produksi telur.

  • Vitamin D
Vitamin D berperan dalam pembentukan tulang serta terlibat dalam metabolisme kalsium dan fosfor serta proses penyerapan kalsium dan fosfor oleh usus halus. Vitamin D juga berfungsi mengatur mobilisasi penyimpanan kalsium dan fosfor di ginjal dan tulang, sehingga kalsium dari tulang dapat langsung digunakan ketika diperlukan oleh tubuh. Efek defisiensi pada ayam meliputi tulang dan paruh ayam yang rapuh (soft), kerabang telur lembek, pertumbuhan lambat dan penurunan produksi telur.

  • Vitamin E
Vitamin E merupakan salah satu vitamin larut lemak dan jika bahan pakan yang banyak mengandung vitamin E tidak disimpan dalam kondisi yang baik, maka akan terjadi ketengikan dan mudah sekali rusak karena vitamin peka terhadap panas. Vitamin E berperan dalam reproduksi dan kerja sitem syaraf serta muscular (otot). Defisiensi vitamin E seringkali berkomplikasi dengan jenis penyakit lain seperti penyakit avian encephalomyelitis, exudative diathesis dan muscular dystrophy.

Ayam mengalami defisiensi vitamin E
(Sumber : www.thepoultrysite.com)
Vitamin E juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh ayam. Kerja vitamin E sangat berhubungan dengan kerja mineral selenium (Se). Kerusakan vitamin E dalam ransum bisa dihindari melalui manajemen penyimpanan ransum yang baik.

  • Vitamin K
Vitamin K berperan dalam proses pembekuan darah. Contoh kasus defisiensi vitamin K pada ayam ialah terjadinya perdarahan di otot daging dan lamanya waktu penutupan luka ketika ayam mengalami luka/perdarahan

Pemecahan Kasus Defisiensi Nutrisi
Mengingat bahwa kasus defisiensi nutrisi bukanlah suatu penyakit menular sehingga kehadirannya kurang direspon oleh peternak. Untuk tingkat peternak sendiri, kasus-kasus defisiensi nutrisi sangat jarang terdeteksi. Pada ternak unggas, kasus yang pernah dijumpai misalnya pada layer dengan penampakkan kaki pengkor/ bengkok, paruh tumbuh tidak sempurna, kanibalisme, dan berbagai jenis kelainan organ tubuh lainnya. Namun selama ini beberapa peternak terkesan membiarkan kasus tersebut dengan sebuah alasan bahwa populasi yang terserang hanya sedikit. Padahal kasus defisiensi nutrisi yang tampak hanyalah sebagian kecil dan dampaknya akan terlihat langsung dari rendahnya produktivitas. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan oleh peternak?
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peternak antara lain :
  • Pastikan konsumsi ransum masuk sesuai dengan standar dari perusahaan pembibit (breeder). Pada beberapa kejadian di lapangan ada kasus bahwa sekam ikut tercampur di dalam ransum sehingga tanpa sengaja ayam memakan sekam yang bukan merupakan bahan baku pakan. Kejadian tersebut sering ditemukan pada kondisi ayam masih memakai sekam yang dipelihara dalam kandang postal. Hal ini bisa menyebabkan konsumsi (feed intake) kurang
  • Pastikan tidak ada gangguan teknis yang terjadi (seperti ayam kekurangan tempat ransum, ransum terlambat diberikan, atau karena manajemen ransum yang salah) terutama pada umur ayam 2 minggu pertama pada broiler atau 5 minggu pertama pada layer
  • Diusahakan untuk 'memilah ayam' berdasarkan tingkat uniformitasnya agar bisa diberi perlakuan khusus. Ayam yang terlihat menunjukkan gejala penyakit segera dipindah pada flok terpisah
  • Bila kualitas ransum kurang baik, lakukan suplementasi ransum untuk rneningkatkan kualitas ransum

Feed Supplement sebagai Solusi
Ransum yang berkualitas harus memiliki kadar nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ayam disetiap periode perkembangannya. Untuk memastikan bahwa ransum yang kita (peternak,red) beli dari pabrik maupun yang kita formulasikan sendiri (self mixing) memenuhi standar kebutuhan ayam atau tidak mengalami defisiensi nutrisi, maka perlu dilakukan uji/ kontrol kualitas ransum.
Ransum pabrikan biasanya telah melalui serangkaian proses kontrol kualitas yang ketat, mulai dari seleksi bahan baku, selama proses produksi sampai produk akhir. Alur kontrol kualitas ini telah menjadi hal yang wajib dilakukan bagi sebuah feedmill (perusahaan ransum). Meskipun demikian, ransum pabrikan yang berkualitas bukan tidak mungkin untuk kehilangan nutrisi yang dikandungnya apabila disimpan dengan manajemen penyimpanan yang kurang baik. Oleh karena itu, hendaknya lakukan pula kontrol kualitas ransum selama masa penyimpanan dan jika ditemukan ransum yang menurun kualitasnya, kita bisa dengan cepat mengantisipasi.
Ransum hasil self mixing pun harus dikontrol kualitasnya. Kontrol yang ketat terhadap kualitas bahan baku ransum adalah salah satu contohnya. Saat kita menerima kiriman bahan baku dengan kualitas yang meragukan atau tidak sesuai, hendaknya kita dengan tegas menolak bahan baku tersebut dan mencari supplier bahan baku lainnya. Disinilah pentingnya kita memiliki beberapa supplier bahan baku, tidak hanya menggantungkan pada satu supplier saja. Evaluasi terhadap formulasi ransum juga sangat penting dalam self mixing. Formulasi yang salah bisa menyebabkan tidak terpenuhinya nutrisi ransum sesuai standar.
Setelah kita memastikan bahwa ransum yang kita berikan pada ayam berkualitas, kita juga perlu memberikan feed supplement untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mikro agar produktivitas optimal. Kita ketahui bahwa nutrisi mikro lah yang lebih sering terjadi defisiensi. Contoh feed suppement yang bisa kita tambahkan ialah premiks.
Premiks adalah bahan tambahan yang dicampurkan ke dalam ransum dengan tujuan untuk meningkatkan nilai nutrisi ransum tersebut. Premiks mengandung nutrisi mikro yang lengkap yang terdiri dari asam amino, vitamin dan mineral. Salah satu produk premiks Medion adalah Top Mix. Top Mix mengandung multivitamin, asam amino, mineral, antioksidan dan growth promoter antibiotic yang berfungsi sebagai pelengkap nutrisi bagi anak ayak, ayam petelur, pedaging dan pembibit. Selain Top Mix, ada pula Mineral Feed Supplement A. Mineral Feed Supplement A mengandung vitamin dan mineral yang berfungsi memperbaiki produksi telur dan kualitas telur, membantu pertumbuhan, meningkatkan daya tetas telur dan mencegah serta mengobati penyakit akibat defisiensi mineral.
Titik kritis yang perlu diperhatikan dalam pemakaian premiks ialah teknik pencampurannya ke dalam ransum. Pencampuran premiks dimulai dengan mencampurnya ke dalam ransum dalam jumlah yang masih sedikit, kemudian beranjak ke jumlah yang lebih besar dan seterusnya hingga akhirnya seluruh ransum tercampur premiks. Akan lebih baik jika peternak menggunakan agar mempermudah pengadukan. Poin tersebut penting agar ayam mendapatkan premiks dalam jumlah merata sehingga merata pula produktivitasnya. Selain hal di atas, sebaiknya premiks tersebut juga disimpan dalam tempat yang kering dan tertutup rapat, serta terhindar dari sinar matahari langsung untuk mencegah kerusakan.
Feed supplement lainnya terdiri dari suplemen asam amino (Aminovit, Broiler Vita dan Neobro), vitamin (Fortevit, Vita Chick, dan Vita Stress) dan mineral (Neobro). Ransum ayam sebagian besar tersusun atas bahan baku ransum berupa biji-bijian, seperti jagung dan bungkil kedelai yang notabene kadar asam aminonya kurang mencukupi, terutama metionin, lisin, treonin dan tripthopan. Hal inilah yang mendasari diperlukannya suplementasi asam amino. Nutrisi dan ransum ayam masa produksi juga memerlukan vitamin tambahan. Vitamin tambahan diperlukan karena vitamin juga terbawa bersama dengan keluarnya telur dari tubuh ayam. Selain itu akibat perubahan cuaca atau susunan ransum, ayam memerlukan vitamin tambahan untuk mencegah stres dan untuk mencapai tingkat produksi telur yang maksimal. Kebutuhan akan mineral seperti kalsium dan fosfor untuk pembentukan tulang dan telur juga dibutuhkan, sehingga suplementasi mineral sebaiknya dilakukan.

Feed supplement produk Medion
Defisiensi nutrisi adakalanya menjadi sesuatu kasus yang sangat berdampak merugikan ketika kasus tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap produktivitas ayam. Feed supplement sangat berperan membantu menangani masalah defisiensi nutrisi. Oleh karena itu jangan sepelekan masalah defisiensi nutrisi. Cukupi kebutuhan nutrisi ayam saat ini juga agar produktivitas ayam bisa optimal.

Info Medion Edisi April 2011

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...