Minggu, 04 Agustus 2013

Budidaya Super Intensif Ikan Nila Merah Oreochromis sp. dengan Teknologi Bioflok

Budidaya Super Intensif Ikan Nila Merah Oreochromis sp. dengan Teknologi Bioflok: Profil Kualitas Air, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan

Peningkatan permintaan akan ikan konsumsi mendorong dilakukannya budidaya intensif. Kepadatan tinggi dan peningkatan pemberian pelet dalam budidaya intensif akan menyebabkan terjadinya akumulasi limbah organik yang berdampak pada penurunan kualitas air dan produksi ikan. Teknologi bioflok adalah salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Prinsip teknologi bioflok adalah adanya pengontrolan nitrogen anorganik melalui penambahan karbon organik yang akan meningkatkan rasio C/N perairan untuk menumbuhkan bakteri heterotrof. Biomassa bakteri heterotrof kemudian akan membentuk flok bersama dengan mikroba lain. Bioflok yang terbentuk dapat dimanfaatkan ikan sebagai pakan alami berprotein tinggi. 

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penerapan teknologi bioflok terhadap profil kualitas air, kelangsungan hidup, pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan nila merah Oreochromis sp. yang dipelihara secara super intensif pada kepadatan 25, 50 dan 100 ekor/m3. Hewan uji yang digunakan adalah ikan nila merah Oreochromis sp. yang berasal dari BBPBAT Sukabumi dengan bobot awal 77,89±3,71 g. Sumber karbon yang digunakan adalah molase dengan kadar karbon 53,78%. Ikan nila dipelihara selama 3 bulan pada bak berukuran 2x3x0,7 m. Pakan yang diberikan berupa pelet apung dengan kadar protein 30%. Terdapat 6 perlakuan yaitu BFT 75 (kepadatan 25 ikan/m3 + molase rasio C/N 15), K 75 (kepadatan 25 ikan/m3 + tanpa molase), BFT 150 (kepadatan 50 ikan/m3 + molase rasio C/N 15), K 150 (kepadatan 50 ikan/m3 + tanpa molase), BFT 300 (kepadatan 100 ikan/m3 + molase rasio C/N 15) dan K 300 (kepadatan 100 ikan/m3 + tanpa molase). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. 

Analisa data dilakukan dengan menggunakan program Ms. Office Excel 2007 dan SAS 9.1. Analisa ragam hanya dilakukan pada perlakuan kepadatan 25 ikan/m3 dan 50 ikan/m3, sedangkan analisa data untuk kepadatan 100 ikan/m3 dilakukan secara deskriptif karena tidak dilakukan ulangan akibat keterbatasan tempat. Penerapan teknologi bioflok dalam budidaya super intensif ikan nila merah pada semua tingkat kepadatan, khususnya kepadatan 25 ikan/m3 dapat menjaga kualitas air, terutama pada parameter pH dan nitrogen anorganik. Hasil pengamatan terhadap kinerja produksi menunjukkan bahwa kepadatan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup (p<0,05) dan penambahan molase berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan nila merah (p<0,05). 

Rendahnya pertumbuhan nila merah perlakuan bioflok dibanding kontrol dikarenakan adanya pengalihan energi untuk pertumbuhan menjadi energi untuk reproduksi sehingga jumlah larva ikan hasil pemijahan liar pada perlakuan bioflok jauh lebih tinggi dibandingkan kontrol. Analisa secara deskriptif menunjukkan bahwa efisiensi pakan rata-rata pada perlakuan bioflok lebih tinggi dibandingkan kontrol pada semua tingkat kepadatan. Nilai efisiensi pakan pada kepadatan 25, 50 dan 100 ikan/m3 masing-masing lebih tinggi 1,18%, 1,16%, dan 1,01% dari kontrol.
 

Sumber : repository.ipb.ac.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari Berbagi Ilmu Disini :