Bergabung dalam koperasi supaya tidak dimainkan tengkulak.
Komoditas ternak kelinci sebagai alternatif penghasil protein hewani kini kian digandrungi masyarakat. Alhasil sentra-sentra peternakan di berbagai daerah kelinci mulai banyak berkembang. Sayangnya peternakan yang ada umumnya masih skala kecil yang membuat posisi tawar peternak kelinci lemah sehingga acap kali harga jual kelinci dimainkan para tengkulak.
Kondisi ini sempat dialami Jefry Pakpahan seorang peternak kelinci hias asal CiapusBogorJawa Barat. Iamengatakan,selama ini pola pemasarankelinci hasil ternaknya masih melaluitengkulak atau pembeli yang datang langsung.Jefry beralasan memilih menjual ke tengkulak karena ada kepastian pembelian meski dengan harga rendah.
Peternak yang memelihara sekitar250 ekor kelinci hias inipun coba mengubah keadaan tersebut dengan bergabung Kopnakci (Koperasi Peternak Kelinci) di daerah Bogor. Jefry berharap dengan menjadi anggota Kopnakci dapat terbantu pemasaranhasil ternaknya. “Dengan mensuplai langsung kepada koperasisaya harap hargajual bisalebih baik,” ujarnya kepada TROBOS.
Jefry menyebutkan keuntungan menjadi anggota koperasi adalah bisa bertukar pikiran antar peternak terhadap kendala beternak kelinci. “Harapan saya , koperasi dapat menimbulkan minat buat anggotanya maju. Lalu, akhirnya mempunyai efek domino terhadap masyarakat sekitar bahwa beternak kelinci sangat menguntungkan,” ungkap pria asal Sumatera Utara ini.
Pembentukan Koperasi
Menurut Ketua Kopnakci, Wahyu Darsono, untuk mencapai skala usaha ekonomis dan kapasitas produksi usaha peternakan kelinci yang besar diperlukan wadah dalam menjalankan kegiatan usaha sebagai pusat informasi, akses pemasaran dan pembinaan kelembagaan usaha ternak kelinci. “Koperasi merupakan wadah yang tepat,” tuturnya.
Wahyu menjelaskan,cikal bakal pembentukan Kopnakci dimulai dari keinginan para SMD (Sarjana Membangun Desa) 2010 untuk mengembangkan komoditas kelinci di wilayah Kabupaten Bogor yang berjumlah sebanyak 8 kelompok dan peternak kelinci sekitar daerah Bogor.Tujuannya supaya ada wadah integrasi usaha ternak kelinci secara komprehensif sehingga mampu mendukung daya saing dalam skala ekonomis yang sesuai dengan kondisi pasar.
Lalu alasan lainnya, lanjut lulusan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, kelinci merupakan komoditi potensial sebagai penyedia sumber daging selain sebagai hewan hias. Dkemudian ada juga ada pertimbangan bahwaskala pemeliharaan ternak kelinci relatif masih skala rakyat, belum ada skala industri yang besar.
Sehingga, ketika peternak membudidayakan 1 kandang 100 ekor maka jika berkumpul dengan 20 peternak menjadi 2.000 ekor.“Dan itu bisa memenuhi kebutuhan yang cukup besar, karena sekarang pasar cukup terbuka. Terkadang kalau tidak berkumpul maka kendalanya harga tidak seragam dan akan dimainkan oleh tengkulak,” kata Wahyu.
Ia menyebutkan sampai saat ini jumlah anggota koperasi yang berdiri pada Juni 2011 ini tercatat 80 orang. Para anggota terdiri atas 20 kelompok yang berasal dari program SMD 8 kelompok dan sisanya adalah non SMD. Rata-rata 1kelompok anggota koperasi berjumlah 3 orang, tetapi ada beberapa kelompok lebih dari 3 orang.“Karena dalam satu kelompok yang ikut koperasi biasanya Ketua, Sekretaris dan bendahara kelompok. Anggota kelompok lainnya tidak diwajibkan menjadi anggota koperasi, hanya ketika melakukan pembinaan seluruh anggotanya dapat hadir,” jelas Wahyu.
Selengkapnya baca di majalah Trobos edisi Desember 2011
http://www.trobos.com/show_article.php?rid=8&aid=3192
Kondisi ini sempat dialami Jefry Pakpahan seorang peternak kelinci hias asal CiapusBogorJawa Barat. Iamengatakan,selama ini pola pemasarankelinci hasil ternaknya masih melaluitengkulak atau pembeli yang datang langsung.Jefry beralasan memilih menjual ke tengkulak karena ada kepastian pembelian meski dengan harga rendah.
Peternak yang memelihara sekitar250 ekor kelinci hias inipun coba mengubah keadaan tersebut dengan bergabung Kopnakci (Koperasi Peternak Kelinci) di daerah Bogor. Jefry berharap dengan menjadi anggota Kopnakci dapat terbantu pemasaranhasil ternaknya. “Dengan mensuplai langsung kepada koperasisaya harap hargajual bisalebih baik,” ujarnya kepada TROBOS.
Jefry menyebutkan keuntungan menjadi anggota koperasi adalah bisa bertukar pikiran antar peternak terhadap kendala beternak kelinci. “Harapan saya , koperasi dapat menimbulkan minat buat anggotanya maju. Lalu, akhirnya mempunyai efek domino terhadap masyarakat sekitar bahwa beternak kelinci sangat menguntungkan,” ungkap pria asal Sumatera Utara ini.
Pembentukan Koperasi
Menurut Ketua Kopnakci, Wahyu Darsono, untuk mencapai skala usaha ekonomis dan kapasitas produksi usaha peternakan kelinci yang besar diperlukan wadah dalam menjalankan kegiatan usaha sebagai pusat informasi, akses pemasaran dan pembinaan kelembagaan usaha ternak kelinci. “Koperasi merupakan wadah yang tepat,” tuturnya.
Wahyu menjelaskan,cikal bakal pembentukan Kopnakci dimulai dari keinginan para SMD (Sarjana Membangun Desa) 2010 untuk mengembangkan komoditas kelinci di wilayah Kabupaten Bogor yang berjumlah sebanyak 8 kelompok dan peternak kelinci sekitar daerah Bogor.Tujuannya supaya ada wadah integrasi usaha ternak kelinci secara komprehensif sehingga mampu mendukung daya saing dalam skala ekonomis yang sesuai dengan kondisi pasar.
Lalu alasan lainnya, lanjut lulusan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, kelinci merupakan komoditi potensial sebagai penyedia sumber daging selain sebagai hewan hias. Dkemudian ada juga ada pertimbangan bahwaskala pemeliharaan ternak kelinci relatif masih skala rakyat, belum ada skala industri yang besar.
Sehingga, ketika peternak membudidayakan 1 kandang 100 ekor maka jika berkumpul dengan 20 peternak menjadi 2.000 ekor.“Dan itu bisa memenuhi kebutuhan yang cukup besar, karena sekarang pasar cukup terbuka. Terkadang kalau tidak berkumpul maka kendalanya harga tidak seragam dan akan dimainkan oleh tengkulak,” kata Wahyu.
Ia menyebutkan sampai saat ini jumlah anggota koperasi yang berdiri pada Juni 2011 ini tercatat 80 orang. Para anggota terdiri atas 20 kelompok yang berasal dari program SMD 8 kelompok dan sisanya adalah non SMD. Rata-rata 1kelompok anggota koperasi berjumlah 3 orang, tetapi ada beberapa kelompok lebih dari 3 orang.“Karena dalam satu kelompok yang ikut koperasi biasanya Ketua, Sekretaris dan bendahara kelompok. Anggota kelompok lainnya tidak diwajibkan menjadi anggota koperasi, hanya ketika melakukan pembinaan seluruh anggotanya dapat hadir,” jelas Wahyu.
Selengkapnya baca di majalah Trobos edisi Desember 2011
http://www.trobos.com/show_article.php?rid=8&aid=3192
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari Berbagi Ilmu Disini :